JURNALFAKTUALNEWS.COM | Sekolah penggerak merupakan sekolah yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai rolemodel sekolah lainnya dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka.Untuk itu, sebagai salah satu sekolah penggerak di Kabupaten Ngawi, SMAN 1 Ngrambe melakukan kewajiban berupa pelaksanaan kegiatan pengimbasan kurikulum merdeka kepada sekolah-sekolah imbas.
Bertempat di aula School Center, pada hari Rabu tanggal 6 September 2023 SMAN 1 Ngrambe melaksanakan kegiatan pengimbasan bertajuk “Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka dan Perencanaan Berbasis Data” yang diikuti oleh 18 sekolah baik negeri maupun swasta di sekitar Kecamatan Ngrambe.
Prosesi pembukaan acara dengan sambutan oleh kepala sekolah SMAN Ngrambe, Dr. Tjahjono Widijanto, MPd. Dalam sambutannya, Widijanto menguaraikan bahwa pengimbasan merupakan bagian dari silaturahmi akademis dan ajang saling belajar antara sekolah pengimbas (SMAN 1 Ngrambe) dengan sekolah-skolah imbas. Diharapkan dalam kegiatan pengimbasan ini, budaya positif sekolah masing-masing sekolah dapat saling menginspirasi.
Setelah sambutan kepala sekolah dilanjutkan materi pengantar sekaligus membuka acara oleh Kacabdin Madiun, Ibu Lena, MPd. Dalam sambutannya, Bu Lena M.Pd, menyampaikan, “Pengimbasan yang berlansung ini merupakan upaya untuk membntuk budaya (cultur) postif sekolah. Budaya positif sekolah tak bias diciptakan secara instan tetapi dimulai dari pembiasaan-pembiasaan yang penerapannya diperlukan tuntunan dan teladan para gurunya.
Budaya postif ini mencakuup hal, yakni: perubahan paradigma, stimulus respon, konsep disiplin positif, keyakinan-keyakinan kelas atau bersama, pemenuhan kebutuhan dasar, posisi control dan segitiga restitusi. Kegiatan pegimbasan yang dilakukan SMA Ngrambe ini meribukan kontribusi positif sekaligus silaturahmi akademik yang sangat bermanfaat bagi perkembangan SMA-SMA Negeri maupun swasta di Ngawi”.
Setelah pengantar oleh kacabdin tersebut, berlanjut pada materi tentang implementasi kurikulum merdeka (IKM) oleh Bapak Edy Triyono, M.Pd selaku pengawas pembina. Dalam penyampaian materinya, Pak Edy menjelaskan ciri IKM adalah diferensiasi. Di mana pembelajaran perlu menerapkan paradigm baru bahwa karakter siswa berbeda maka perlu dibedakan pula kompetensi yang hendak dicapai. Jika dulu siswa melayani guru, sekarang siswalah yang dilayani oleh guru. Analogi kesiapan belajar adalah seperti hendak mengisi sebuah botol. Yang utama adalah buka dulu tutup botol penerima supaya siswa siap menerima pembelajaran. Dalam hal evaluasi/ penilaian, khususnya formatif bukan hanya untuk (menilai) murid tetapi juga untuk (pembelajaran) guru.
Pada acara inti, penyampaian materi tidak hanya oleh pemateri dari luar sekolah tetapi juga dari lingkup SMAN 1 Ngrambe sendiri. Materi tentang perencanaan berbasis data disampaikan oleh Adi Suratman, S.Pd selaku waka kurikulum dan Alfian Perdhana Putra, S.Pd membrikan materi tentang raport pendidikan sekolah. Materi tentang modul ajar dengan konsep berdiferensiasi disampaikan oleh Udi Hariati, S.Pd, dilanjutan dengan materi budaya positif sekolah dan P5 oleh Mochlisin, S,Pd. Sedangkan materi terakhir tentang asesmen dan pelaporan oleh Pak Alfian dan Bu Yeni Nita Pertiwi, S.PdI.
Program sekolah penggerak merupayakan upaya untuk memperbaiki kompetensi peserta didik secara holistic sehingga tercipta mutupendidikan yang diharapkan.Adapun kegiatan pengimbasan yang dilaksanakan oleh SMAN 1 Ngrambe kepada sekolah-sekolah imbas diharapkan dapat menjadikan bahan dasar dalam menyusun rencana pembelajaran yang merdeka baik itu bagi murid maupun pendidik.
Kegiatan pengimbasan yang dilakukan SMA Ngrambe ini berhasil memantik reaksi dan kesan positif dari sekolah sasaran pengimbasa. “Alhamdulilah dapat banyak sekali ilmu. Dan karena yang menerangkan teman-teman guru sendiri materi lebih dapat masuk diterimadan dicerna oleh kami semua”, kata Rhesi, S.Pd, peserta dari SMAN I Ngawi.
Seorang peserta lain, Farid Spd dari SMAN 2 Ngawi, mengatakan, “Sungguh materi materi yang disampaikan sangat bermakna bagi kami. Kami menjadi lebih paham tentang kurikulum merdeka, pembelajaran diferensiasi, dan juga budaya positif. Semestinya kegiatan seperti ini perlu dibuat lagi dengan waktu yang lebih longgar, misalnya 2 hari, sehingga lebih banyak lagi yang dapat kami gali dan belajar bersama. Terima kasih SMA Ngrambe, sekolah desa yang punya kualitas seperti kota”, pungkasnya.(red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar