JURNALFAKTUALNEWS.COM | Ngawi Pengisian perangkat Desa Beran, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi di SMK 2 Negeri Ngawi Sabtu (1/10/22) menuai polemik. Polemik merebak setelah salah satu peserta menganggap bahwa Tim Penyusun kurang fair dan terbuka dalam penilaian ujian praktek.
Anggapan tidak fair dan terbuka tersebut dilandaskan pada hasil ujian praktek final yang menetapkan nilai tanpa ada keterlibatan peserta maupun saksi dalam formasi Kaur Perencanaan.
"Kalau nilai yang dipakai ada tanda tangan saksi dan pesertanya, nilai saya tertinggi. Dan itu sudah kita cek berkali-kali. Dan buktinya dari foto ini," terang H salah satu peserta ujian perangkat Desa Beran pada formasi Kaur Perencanaan.
Bila melihat transkrip nilai yang tertera pada hasil ujian praktek yang ditandatangani saksi dan peserta, nilai yang didapat H cukup tinggi. Untuk ujian praktek Microsoft Word, H mendapat nilai 48. Sedangkan untuk Microsoft Excel, H mendapat nilai 44.
Namun, pada pengumuman hasil akhir menunjukkan nilai praktek keduanya turun. Untuk Microsoft Word yang awalnya 48 turun menjadi 38. Dan penilaian praktek Microsoft Excel yang awalnya 44 turun ke 27.
Dari hal tersebut, H sudah meminta klarifikasi ke penyusun sebagai tim yang menilai hasil ujian praktek. Penyusun beranggapan bila penilaian tersebut atas dasar hasil dari korektor kedua.
"Kita ndak tahu kalau ada korektor kedua, kita juga bertanya-tanya apakah ada saksi atau enggak dalam sistem koreksi oleh kolektor kedua. Ketika tehnical meeting tidak disebutkan bahwa nanti koreksi 1 dan koreksi 2. Yg penting sistem koreksi disaksikan 2 orang. Makanya ini butuh klarifikasi," lanjut H
Menindaklanjuti hal tersebut pemerintah Kecamatan Ngawi melalui Camat Ngawi mengundang calon perangkat desa peserta ujian praktek dimaksud untuk klarifikasi mekanisme penilaian. Klarifikasi dijadwalkan pada Rabu (5/10/22) bertempat di Aula SMK Negeri 2 Ngawi pukul 09.00 WIB.(yn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar